Minggu, 15 Januari 2012

MERAIH KEBAHAGIAAN DENGAN SHILATURAHMI



Manusia patut bersyukur kepada Alloh عزوجل atas ni’mat yang telah diberikan-Nya, sehingga manusia bisa merasakan kebahagiaan di Dunia, maupun kelak di Akhirat.
Tentu saja tidak ada seorang pun manusia yang tidak mau bahagia, baik di Dunia maupun di Akhirat. Semuanya sangat mendambakan kebahagiaan itu, tapi yang jelas untuk mendapatkannya tergantung dari manusianya itu sendiri. Adapun realita kebahagiaan  relatif (tidak mutlak) dirasakannya oleh setiap insan. Hal itu tergantung pribadinya yang menjalani kebahagiaan yang telah Alloh عزوجل anugrahkan kepadanya. Karena kebahagiaan suatu reaksi dari kejadian sebelumnya, dan dapat dirasakan oleh manusia bukan hanya oleh lahirnya saja, tapi juga oleh batinnya.
Orang yang diberi kekayaan, belum tentu dia merasa bahagia karena kekayaannya, sebaliknya ada orang miskin yang merasa bahagia dengan kemiskinannya. Bila demikian, maka kebahagiaan tidak bisa diukur dengan kekayaan, namun yang jelas kemiskinan pun bisa membahagiakan seseorang, sehingga bisa terjadi dua orang manusia saling membahagiakan satu sama lainnya. Walaupun memang tidak perlu diingkari kemiskinan mendekatkan kepada keingkaran, namun bila manusia miskin bisa menerimanya dengan penuh kesadaran bahwa hal itu sudah menjadi kehendak Alloh SWT, sudah pasti akan menjadi suatu kebahagiaan bagi pribadinya, karena kebahagiaan itu bisa dirasakan oleh seseorang tergantung dari sikapnya. Pandai menyikapi sesuatu, tentu akan membahagiakan, tidak pandai bersikap, maka sesuatu akan menyengsarakannya. Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa menyikapi sesuatu sehingga sesuatu itu dapat menjadi kebahagiaan.
Kita sudah dipastikan menjadi makhluk, dan diciptakan oleh Alloh عزوجل menjadi manusia, maka tergantung sikap kita selaku manusia berusaha secara maksimal agar mendapat kebahagiaan itu, tanpa harus mengharapkan kekayaan dahulu dengan harta benda yang melimpah ruah supaya menjadi kaya. Karena yang jelas sabda Rosululloh Saw.لَيْسَ الْغِنى لِكَثْرَةِ الْعَرَضِ-وَلكِنَّ الْغِنى غِنى النَّفْسِ “Orang yang kaya bukanlah karena banyaknya harta, tapi orang yang kaya (orang berharta) adalah kaya hati”.
Banyak orang kaya, harta bendanya melimpah tapi hatinya miskin. Tidak sedikit orang kaya padahal dia seorang miskin (tidak berharta), karena dia kaya hatinya walaupun dalam keadaan tidak berharta. Dia menerima dan bersyukur akan apa yang telah menjadi ketetapan dan kepastian baginya. Rasa menerima dan mau mensyukurinya itulah yang menjadikan kebahagiaan.
Kunci kebahagiaan ada 3 macam :
1. Mendirikan Sholat               2. Bertauhid                 3. Berbuat baik
Mendirikan sholat wajib lima waktu sehari semalam bisa menjadikan bahagia seseorang, karena dengan demikian dia akan terhindar dari perbuatan buruk dan kemunkaran, sedangkan orang yang terhindar dari keburukan dan kemunkaran tentu saja akan merasa bahagia. Dia akan merasa senang dan bahagia bila bisa menjauhi keburukan dan tidak melakukan yang munkar, karena hatinya senang dia menjadi bahagia, maka pantas disebut orang kaya, walau tidak berharta.
Bertauhid bisa membahagiakan seseorang. Dia hanya beribadah kepada Alloh SWT. semata. Dia percaya segala sesuatu sudah diatur dan berjalan sesuai dengan ketetapan dan sudah menjadi keputusan Yang Maha Pencipta. Tidak ada yang bisa menghalangi kepada sesuatu yang telah Alloh berikan, begitu pula tidak akan ada yang bisa memberikan kepada sesuatu yang telah Alloh عزوجل halangi (cegah), dan tidak ada yang bisa menolak sesuatu yang sudah menjadi Qodo Alloh SWT. Dengan kepercayaan yang demikian, maka tentu saja seseorang bisa bahagia, karena dia percaya dan yakin manusia hanya sekedar berusaha, namun ketentuan, ketetapan dan kepastian semuanya haq Alloh semata, bukan haq manusia, hanyalah berusaha secara maksimal yang merupakan kewajiban manusia untuk suatu keberhasilan. Bila berhasil sesuai dengan harapannya, seseorang bisa bahagia dengan cara mensyukurinya, bila belum berhasil diapun akan bahagia dengan cara bersabar dan mencoba lagi usahanya, yang terpenting bisa bahagia dengan berserah diri kepada Alloh SWT. sambil terus berusaha untuk keberhasilannya. Jadi jelas manusia bisa bahagia karena bersyukur, juga bisa bahagia karena bisa bersabar, syukur dan sabar dilakukan semata-mata karena Alloh bukan karena yang lain-Nya. Pantas dengan bertauhid, manusia bisa meraih kebahagiaan.
Berbuat baik pasti akan menjadikan kebahagiaan. Segala sesuatu yang baik tentu akan membahagiakan, sebaliknya keburukan akan mengakibatkan bencana dan kesengsaraan, maka dengan demikian tidak akan ada manusia di Dunia yang menginginkan kebahagiaan dengan keburukan. Karena kebaikan datangnya dari Alloh عزوجل sedangkan keburukan karena godaan dan tipuan syaitan. Apabila ada manusia yang beranggapan bahwa keburukan bisa menjadikan kebahagiaan, maka dia tidak lebih dari seorang syaitan                 
manusia.
نوذ بالله من ذلك.
Berbuat baik yang dimaksud diantaranya adalah :
1. Shilaturahim            2. Berakhlaq mulia
Dua macam inilah yang bisa membahagiakan manusia, bila dia juga tidak melupakan sholat wajib dan bertauhid. Sebagaimana firman Alloh عزوجل dalam Al-Quran surat Al-Hajj ayat 77 mengenai kepastian yang 3 macam ini bisa membuat manusia  bahagia :
يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا ارْكَعُوْا وَاسْجُدُوْا وَاعْبُدُوْا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوْا اْلخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, ruku’lah serta sujudlah (mengerjakan sembahyang), dan beribadahlah kepada Tuhan kamu (dengan mentauhidkan-Nya), serta kerjakanlah amal-amal kebajikan, supaya kamu berjaya (di dunia dan di akhirat). (QS. Al-Hajj : 77)
-       إِرْكَعُوْا وَاسْجُدُوْا       berarti sholat wajib lima waktu.
-       وَاعْبُدُوْا رَبَّكُمْ          berarti bertauhid kepada Alloh عزوجل.
-       وَافْعَلُوْا الْخَيْرَ          berarti berbuat baik diantaranya shilaturahmi dan berakhlaq mulia.
Shilaturahmi terdiri dari 2 kata yaitu, shilah dan arrahmi. Kata shilah (صِلَةْ) artinya perhubungan, pertalian atau pemberian. صِلَةْ berasal dari kata وَصَلَ yang berarti : sampai, datang atau pemberian. Sedangkan الرَحْمِ berarti kasih sayang, belas kasihan atau kerabat (baraya).
Jadi shilaturahmi berarti menghubungkan / menyambungkan / menyampaikan / memberikan kasih sayang kepada kerabat (baraya / dulur). Sehingga kasih sayang atau belas kasihan dari seseorang bisa diterima dan dirasakan oleh orang lain.
Bentuk kasih sayang itu bisa berupa materi (kebendaan) atau non-materi seperti, memberikan kasih sayang dengan tenaga, pikiran atau do’a. Yang pasti orang yang bershilaturahmi berarti orang yang memberikan kasih sayang kepada orang lain terutama kepada kerabat-kerabatnya. Sehingga kerabat-kerabatnya bisa merasakan kasih sayang itu.
Andaikan seseorang belum bisa bershilaturahmi dengan bentuk materi maka dengan perbuatan (tenaga) pun masih bisa dilakukan, dengan tersenyum dikulum itu sudah menjadi shilaturahmi karena memberikan senyuman yang manis akan menjadi shodaqoh, dengan begitu kita bisa bershilaturahmi dengan cara menebar senyum kepada orang lain.
Begitu pula dengan cara mendo’akan kepada kaum kerabat, kepada saudara sesama muslim, itu berarti shilaturahmi, karena tanpa ada rasa kasih sayang, tidak mungkin orang mau mendo’akan kebaikan kepada orang lain.
Maka jelas sekali shilaturahmi bisa kita lakukan bukan hanya dengan bentuk materi saja, namun dengan senyuman pun bisa bershilaturahmi. Yang paling penting shilaturahmi ini harus tetap terjalin, harus tetap tersambung, selalu terpelihara, jangan sampai terputus. Karena manusia harus percaya dan yakin, dengan menjalani shilaturahmi dia akan mendapatkan kebahagiaan di Dunia dan Akhirat. Sedangkan dengan memutuskannya dia akan mendapat bencana dan sengsara di Dunia dan Akhirat.
Semua ini sudah tersirat dalam Al-Quran dan hadits-hadits Rosululloh Saw. diantaranya sabda Rosululloh Saw. maksudnya demikian : Barangsiapa yang terbukti iman kepada Alloh dan Hari Akhir, maka dia jangan menyakiti tetangganya, dia harus berbuat baik kepada tetangganya, dia harus memuliakan tetangga dan tamu-tamunya, dia harus berkata dengan kata-kata yang baik, bila tidak bisa berkata baik sebaiknya diam saja, juga dia harus bershilaturahmi yaitu menyampaikan rasa kasih sayang kepada orang lain.
Dan semua ini sudah barang tentu akan menjadikan kebahagiaan bagi manusia yang mengamalkannya. Tapi sebaliknya bila dia memutuskan shilaturahmi maka ancamannya tidak akan dimasukkan ke dalam Surga. Sabda Rosululloh Saw :
لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ الرَّحْمِ
Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan rasa kasih sayang (shilaturahmi).
Maka kesimpulannya, “Pantaslah manusia yang mau bershilaturahmi akan mendapatkan kebahagiaan, dan sebaliknya orang yang memutuskannya akan mendapat kesengsaraan”.
Semoga saja kita semua senantiasa bisa menjaga dan selalu menjalin shilaturahmi, jadi generasi penerus dari kesholehan-kesholehan orang tua sehingga akhirnya bisa merasakan kebahagiaan dan keridloan Alloh di Dunia dan di Akhirat. Amiin ya Robbal ‘Alamin.

Tidak ada komentar: