Minggu, 04 Desember 2011

KAJADIAN SAPULUH MUHAROM

KAJADIAN SAPULUH MUHAROM

1.      Sapuluh bulan Muharom                     % sasakala dipisanggem
Mu’minin sing jadi faham                   % umat Islam ulah ham-ham
2.      Ari anu kahijina                                   % nabi Adam di tampina
Ditampi tina tobatna                           % Shopiyulloh nya titelna
3.      Kaduana Nabi Idris                             % dilebetkeun ka surgaNa
Dinten sapuluh Muharom                    % henteu acan dimaotan
4.      Sasakala katiluna                                 % nabi Nuh sareng kaumna
Lungsur tina parahuna                         % dina sapuluh Muharomna
5.      Sasakala kaopatna                               % nabi Ibrohim didurukna
Salamet tina seuneuna                         % dina sapuluh Muharomna
6.      Sasakala kalimana                               % Taurot turun ka Musa na
Sasakala kagenepna                             % Yusuf bijil ti buina
7.      Sasakala katujuhna                              % nabi Ya’qub ningalina
Sasakala dalapanna                             % nabi Ayub jadi damangna
8.      Sasakala kasalapanna                          % nabi Yunus salametna
Tina lauk di lautan                               % anjeunna di ka daratkeun
9.      Sasakala sapuluhna                              % cai laut dibeulahna
Ayana pitulung Alloh                          % Musa salamet teu ripuh
10.  Sasakala sabelasna                               % nabi Dawud nu keur nangis
Ka Alloh neda piwelas                        % di ampun dosana bebas
11.  Sasakala duabelas                                % nabi Sulaeman jelasna
Diangkat rajana jelas                           % di jagat baladna gigis
12.  Tilu belas kangjeng Nabi                     % Muhammad utusannana
Dihampura ku Allohna                        % nu atos jeung nu bakalna
13.  Ari ka opatbelasna                               % kawit didamel dunyana
Ari kalima belasna                               % kawitan turun hujanna
14.  Margi kitu di sunatkeun                      % sadaya umat muslimin
Nyaoman dina dintennan                    % sapuluh Muharom meneran
15.  Sareng mere kajembaran                     % ka putra garwa ladennan
Pek pasihan kabingahan                      % tuangeung tawa anggoan
16.  Katerangan nu sejenna                        % eta mah diikhtilafkeun
Langkung sae dikantunkeun               % taya hadits nu nyohehkeun #menerkeun)

Bacaan dina sapuluh Muharom

1.             حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ 70 balik 
2.             اية الكرسي   360 balik 

Du’ana

يَامُحَوِّلَ الْحَوْلِ حَوِّلْ حَالَنَا اِلى اَحْسَنِ اْلاَحْوَالِ بِحَوْلِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ وَعِزَّتِكَ يَامُتَعَالى

Selasa, 04 Oktober 2011

LIMA KEUTAMAAN KEFAKIRAN

Sufyan As-tsauri berkata : " Orang Fakir yang ridho dengan kefakirannya berarti telah memilih lima hal yang terpui, sedangkan orang kaya yang bangga dengan kekayaannya berarti telah memilih lima hal yang tercela . kelima hal terpui pilihan orang fakir tersebut yaitu :
  1. Ketenangan Jiwa
  2. Ketentraman hati
  3. Konsentrasi beribadah kepada Tuhannya
  4. Kemudahan dalam hisab di akhirat
  5. Derajat yang tinggi di Syurga
adapun kelima hal yang tercela pilihan orang kaya yaitu :
  1. Kelelahan diri dalam memburu harta duniawi
  2. Menyibukkan hatinya dalam rusan duniawi semata
  3. Mengabdi kepada duniawi
  4. Kesulitan dalam hisab
  5. Derajat yang rendah di sisi Alloh

Jumat, 02 September 2011

Do'a bepergian

بسم الله الرحمن الرحيم
Disunatkan kepada orang yang akan bepergian ketika mau keluar dari rumahnya sholat dua roka’at.
Pada roka’at I sesudah membaca Al-Fatihah disunatkan membaca Al-Kafirun atau Al-Falaq. Pada roka’at II sesudah Al-Fatihah disunatkan membaca Al-Ikhlash atau An-Nas.
Sesudah Salam, maka disunatkan membaca آية الكرسى dan Al-Quraisy.
Kemudian disunatkan membaca do’a, diantaranya dengan do’a sebagai berikut :
اَللّهُمَّ بِكَ أَسْتَعِيْنُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ. اَللّهُمَّ ذَلِّلْ لى صُعُوْبَةَ أَمْرِىْ. وَسَهِّلْ عَلَىَّ مَشَقَّةَ سَفَرِىْ. وَارْزُقْنى مِنَ الْخَيْرِ اَكْثَرَ مِمَّا اَصْلُبُ. وَاصْرِفْ عَنّى كُلَّ شَرٍّ. رَبِّ اشْرَحْ لى صَدْرى. وَيَسِّرْ لى اَمْرِىْ. اَللّهُمَّ اِنّى أَسْتَحْفِظُكَ وَأَسْتَوْدِعُكَ نَفْسى وَدِيْنى وَاَهْلى وَاَقَارِبى وَكُلَّ مَا اَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَيْهِمْ بِه مِنْ آخِرَةٍ وَدُنْيَا. فَاحْفَظْنَا اَجْمَعِيْنَ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ يَاكَرِيْمُ.
Namun sebelum dan sesudah berdo’a seperti biasa diawali dengan pujian kepada Alloh Ta’ala dan sholawat kepada Rosululloh Saw.

Minggu, 05 Juni 2011

Hukum Meremehkan Sholat

Tanya :

Banyak di antara orang-orang sekarang yang meremehkan shalat, bahkan sebagian mereka ada yang meninggalkan semuanya, bagaimana hukum mereka? Dan apa yang diwajibkan kepada setiap Muslim berkaitan dengan mereka, terutama kerabatnya, seperti; orang tua, anak, isteri dan sebagainya?

Jawab :

Meremehkan shalat termasuk kemungkaran yang besar dan termasuk sifat orang-orang munafik, Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisa’: 142), dalam ayat lain Allah berfirman,
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melain-kan dengan rasa enggan.” (At-Taubah: 54), Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,

áóíúÓó ÕóáÇóÉñ ÃóËúÞóáó Úóáóì ÇáúãõäóÇÝöÞöíúäó ãöäó ÇáúÝóÌúÑö æóÇáúÚöÔóÇÁö¡ æóáóæú íóÚúáóãõæúäó ãóÇ ÝöíúåöãóÇ áóÃóÊóæúåõãóÇ æóáóæú ÍóÈúæðÇ.

“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik daripada shalat Shubuh dan shalat Isya, dan seandainya mereka mengetahui apa yang terkandung pada keduanya, tentulah mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak.”

Maka yang wajib atas setiap Muslim dan Muslimah adalah meme-lihara shalat yang lima pada waktunya, melaksanakannya dengan thuma’-ninah, konsentrasi dan khusyu’ serta menghadirkan hati, karena Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.” (Al-Mukminun: 1-2).

Dan berdasarkan riwayat dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, bahwa beliau memerin-tahkan kepada orang yang buruk dalam melakukan shalatnya karena tidak thuma’ninah agar mengulangi shalatnya. Dan kepada kaum laki-laki, hendaknya mereka memelihara shalat-shalat tersebut dengan berjama’ah di rumah-rumah Allah, yakni di masjid-masjid, hal ini berdasarkan sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ,


“Barangsiapa yang mendengar adzan tapi tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya kecuali karena udzur.”

Pernah dikatakan kepada Ibnu Abbas , “Apa yang dimaksud dengan udzur itu?” ia menjawab, “Takut atau sakit.” Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam , bahwa beliau didatangi oleh seorang laki-laki buta, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, tidak ada orang yang menuntunku pergi ke masjid. Apakah aku punya rukhshah untuk shalat di rumahku?” kemudian beliau bertanya,


“Apakah engkau mendengar seruan untuk shalat?” ia menjawab, “Ya”, beliau berkata lagi, “Kalau begitu, penuhilah.”

Dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam , beliau bersabda,


“Sungguh aku sangat ingin memerintahkan shalat untuk didirikan, lalu aku perintahkan seorang laki-laki untuk mengimami orang-orang, kemudian aku berangkat bersama beberapa orang laki-laki dengan membawa beberapa ikat kayu bakar kepada orang-orang yang tidak ikut shalat, lalu aku bakar rumah-rumah mereka dengan api tersebut.”

Hadits-hadits shahih ini menunjukkan bahwa shalat jama’ah termasuk kewajiban kaum laki-laki dan merupakan kewajiban yang paling utama, dan bahwa yang menyelisihinya berhak mendapatkan siksaan yang menyakitkan.

Kita memohon kepada Allah, semoga memperbaiki kondisi seluruh kaum Muslimin dan memberi mereka petunjuk kepada jalan yang diridhai-Nya.
Adapun meninggalkan shalat seluruhnya -ataupun hanya sebagian waktunya- maka ini adalah kekufuran yang besar walaupun tidak meng-ingkari kewajibannya, demikian menurut pendapat yang paling kuat di antara dua pendapat ulama, baik yang meninggalkan shalat itu laki-laki maupun perempuan, berdasarkan sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ,


“Sesungguhnya (pembatas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.”

Dan berdasarkan sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ,


“Perjanjian antara kita dengan mereka adalah shalat, maka barang-siapa yang meninggalkannya berarti ia telah kafir.”

Juga berdasarkan hadits-hadits lainnya yang berkenaan dengan masalah ini.
Sedangkan mengenai orang yang mengingkari kewajibannya -baik laki-laki maupun perempuan- maka pengingkarannya itu telah menjadi-kannya kafir dengan kekufuran yang besar berdasarkan kesepakatan ahlul ilmi, bahkan sekalipun ia melaksanakan shalat. Kita memohon kepada Allah untuk kita dan semua kaum Muslimin agar senantiasa dibebaskan dari yang demikian, sesungguhnya Dia sebaik-baik tempat meminta.

Wajib bagi semua kaum Muslimin untuk saling menasehati dan saling berwasiat dengan kebenaran serta saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, di antaranya adalah dengan menasehati orang yang meninggalkan shalat jama’ah atau meremehkannya sehingga terkadang meninggalkannya, juga memperingatkannya akan kemurkaan dan siksaan Allah. Lain dari itu, hendaknya sang ayah, ibu dan saudara-saudaranya yang serumah, agar senantiasa menasehatinya, dan terus menerus mengingatkannya, mudah-mudahan Allah memberinya petunjuk sehingga ia menjadi lurus.

Demikian juga perempuan yang meninggal-kannya, mereka harus dinasehati dan diperingatkan akan murka dan siksa Allah, serta terus menerus diperingatkan. Selanjutnya, perlu mengambil tindakan dengan mengasingkan orang yang enggan dan memperlakukan-nya dengan cara yang sesuai dengan kemampuan dalam masalah ini, karena hal ini semua termasuk dalam katagori tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, serta amar ma’ruf dan nahyi mungkar yang telah diwajibkan Allah kepada para hamba-Nya baik yang laki-laki maupun yang perempuan, berdasarkan firman-Nya,

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 71).
Juga berdasarkan sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ,


“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak melaksanakannya) saat mereka telah berumur sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.”

Dari hadits ini dapat disimpulkan, bahwa anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, diperintahkan untuk shalat sejak berusia tujuh tahun, kemudian jika telah mencapai usia sepuluh tahun dan belum juga mau melaksanakannya maka mereka harus dipukul. Maka orang yang sudah baligh tentu lebih wajib lagi untuk diperintah shalat dan dipukul jika tidak melaksanakannya yang disertai dengan nasehat yang terus menerus serta wasiat dengan kebaikan dan kesabaran, Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al-Ashr: 1-3).

Barangsiapa yang meninggalkan shalat setelah usia baligh dan enggan menerima nasehat, maka perkaranya bisa diadukan kepada mah-kamah syar’iyah sehingga ia diminta untuk bertaubat, jika tidak mau bertaubat maka dibunuh. Kita memohon kepada Allah agar memperbaiki kondisi kaum Muslimin dan menganugerahi mereka kefahaman tentang agama serta menunjukkan mereka untuk senantiasa saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, amar ma’ruf dan nahyi mungkar, serta saling berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran, sesungguhnya Dia Maha Baik lagi Maha Mulia.
( Fatawa Muhimmah Tata’allaqu Bish Shalah, hal. 21-27, Syaikh Ibnu Baz. )

Sabtu, 28 Mei 2011

Thoriqoh Mu'tabaroh

بسم الله الرحمن الرحيم
 اي طَرِيْقَةْ مُعْتَبَرَةْ اَهْلِ السُّنَّةْ وَاْلجَمَاعَةْ 

مُحَمَّدٍ وَالِهْ وَصَحْبِهْ اَجْمَعِيْنْ  اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى
طَرِيْقًا مِنَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِينْ  اَللّهُمَّ اهْدِنَا الطَّرِيْقَ اْلمُسْتَقِيمْ
مُحَمَّدٍ وَالِهْ وَصَحْبِهْ اَجْمَعِيْنْ  اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى
طَرِيْقَ اْلاَنْبِيَآءِ وَاْلمُرْسَلِينْ  اَللّهُمَّ اهْدِنَا الطَّرِيْقَ اْلمُسْتَقِيمْ
مُحَمَّدٍ وَالِهْ وَصَحْبِهْ اَجْمَعِيْنْ  اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى
طَرِيْقَ الشُّهَدَآءِ وَاْلمُجَاهِدِينْ  اَللّهُمَّ اهْدِنَا الطَّرِيْقَ اْلمُسْتَقِيمْ
مُحَمَّدٍ وَالِهْ وَصَحْبِهْ اَجْمَعِيْنْ  اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى
طَرِيْقَ اْلخُلَفَآءِ وَالرَّاشِدِينْ  اَللّهُمَّ اهْدِنَا الطَّرِيْقَ اْلمُسْتَقِيمْ
مُحَمَّدٍ وَالِهْ وَصَحْبِهْ اَجْمَعِيْنْ  اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى
طَرِيْقَ اْلعُلَمَآءِ وَالْعَامِلِينْ  اَللّهُمَّ اهْدِنَا الطَّرِيْقَ اْلمُسْتَقِيمْ
مُحَمَّدٍ وَالِهْ وَصَحْبِهْ اَجْمَعِيْنْ  اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى
طَرِيْقَ اْلاَوْلِيَآءِ وَاْلمُخْلِصِينْ  اَللّهُمَّ اهْدِنَا الطَّرِيْقَ اْلمُسْتَقِيمْ
مُحَمَّدٍ وَالِهْ وَصَحْبِهْ اَجْمَعِيْنْ  اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى
طَرِيْقَ السُّعَدَآءِ وَالْفَائِزِينْ  اَللّهُمَّ اهْدِنَا الطَّرِيْقَ اْلمُسْتَقِيمْ
مُحَمَّدٍ وَالِهْ وَصَحْبِهْ اَجْمَعِيْنْ  اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى
طَرِيْقَ اْلاَتْقِيَآءِ وَالصَّالِحِينْ  اَللّهُمَّ اهْدِنَا الطَّرِيْقَ اْلمُسْتَقِيمْ
مُحَمَّدٍ وَالِهْ وَصَحْبِهْ اَجْمَعِيْنْ  اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى
طَرِيْقَ الْبُدَلآءِ وَالْقَانِتِينْ  اَللّهُمَّ اهْدِنَا الطَّرِيْقَ اْلمُسْتَقِيمْ
مُحَمَّدٍ وَالِهْ وَصَحْبِهْ اَجْمَعِيْنْ  اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى
طَرِيْقَ اْلاَصْفِيَآءِ وَالشَّاكِرِينْ  اَللّهُمَّ اهْدِنَا الطَّرِيْقَ اْلمُسْتَقِيمْ
مُحَمَّدٍ وَالِهْ وَصَحْبِهْ اَجْمَعِيْنْ  اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى
طَرِيْقَ الْكُرَمَآءِ وَالذَّاكِرِينْ  اَللّهُمَّ اهْدِنَا الطَّرِيْقَ اْلمُسْتَقِيمْ

Senin, 16 Mei 2011

Birrul Walidain Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Birrul Walidain Berbakti Kepada Kedua Orang Tua



Banyak sekali di masyarakat anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, tidak menghargai orang tua, melecehkan orang tua, bahkan ada yang mencaci maki dan memukul orang tuanya, na'udzubillah min dzalik. Padahal, apabila 'Si Anak' ini menyadari, orang tua lah yang melahirkan, mengurus, memberikan nafkah, mendidik dan membesarkan dia sampai dia dewasa, karena itu kewajiban 'Si Anak' adalah taat kepada orang tua dan harus memenuhi hak orang tua dengan mematuhi perintah dan taat kepadanya.
Jadi bahasan tentang berbakti kepada kedua orang tua adalah pembahasan yang amat penting setelah masalah tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Banyak hak yang harus dipenuhi oleh manusia, pertama hak Allah Subhanahu wa Ta'ala, kedua hak Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan ketiga adalah hak kedua orang tua kemudian hak-hak lainnya.
Hak Allah Subhanahu wa Ta'ala yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya adalah mentauhidkanNya, beribadah kepadaNya dan meninggalkan segala bentuk keyakinan, perkataan dan perbuatan syirik. Dari Mua'dz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu.
"Aku pernah dibonceng Nabi صلی الله عليه وسلم diatas seekor keledai, lalu beliau bersabda kepadaku, "Hai Mua'dz, tahukah kamu apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hambaNya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah?" Aku menjawab, "Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui". Beliaupun bersabda , "Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hambanya ialah supaya mereka beribadah kepadaNya saja dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepadaNya, sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik sedikitpun kepadaNya" 1.1 Hak-hak Rasulullah صلی الله عليه وسلم yang harus dipenuhi oleh umat Islam adalah taat kepadanya, menjauhkan semua larangannya dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan mengikuti (ittiba') yang dicontohkannya. Karena beliau diutus untuk ditaati dan diteladani.
"Katakanlah : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Ali Imran : 31] "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" [Al-Ahzab : 21] Islam juga sangat memperhatikan hak-hak orang tua dan kerabat, sehingga kita ditekankan untuk mengamalkannya dengan baik terutama hak-hak orang tua, karena mereka telah melahirkan, mengasuh, mendidik dan membesarkan kita sehingga kita menjadi manusia yang berguna. Oleh karena itu kita wajib berbakti kepada kedua orang tua degan cara mentaati, menghormati, mencintai, menyayangi, membahagiakan serta mendo'akan keduanya ketika keduanya masih hidup maupun sudah meninggal dunia.
Taat kepada kedua orang tua adalah hak orang tua atas anak sesuai dengan perintah Allah dan RasulNya selama keduanya tidak memerintahkan untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan dan syari'at Allah dan RasulNya. Rasulullahn صلی الله عليه وسلم bersabda.
"Tidak boleh taat kepada seseorang dalam berbuat maksiat kepada Allah" 1.2 Sebaliknya, kita juga dilarang durhaka kepada kedua orang tua karena hal itu termasuk dosa besar yang paling besar. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa seseorang tidak masuk surga bila durhaka kepada kedua orang tuanya.
"Tidak masuk surga orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikan (menyebut-nyebut kebaikan yang sudah diberikan), anak yang durhaka dan pecandu khamr" 1.3 Akhirnya, penulis memohon kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Kuasa semoga tulisan ini bermanfaat untuk penulis sendiri dan kaum muslimin, menjadi amal shalih bagi penulis dan kedua orang tua penulis serta menjadi amal yang ikhlas karena Allah Rabbul 'alamin semata.
Alhamdulillahirabbil 'alamin
Yazid bin Abdul Qadir Jawas



1.1[Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim] 1.2[Hadits Riwayat Ahmad] 1.3[Hadits Riwayat Nasa'i adri Abdullah bin Amr pada Shahih Jami'us Shaghir No. 7676]

Kategori: Lain-Lain Sumber: http://blog.vbaitullah.or.id Keterangan: Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta.

Senin, 25 April 2011

Koreksi Seputar Pendidikan Anak

Meremehkan Pendidikan Anak
Sebagian orang tua ada yang menganggap pendidikan sebagai masalah yang sepele, mereka menelantarkan pendidikan anaknya dengan tanpa ada beban sedikit pun. Mereka beranggapan bahwa tugasnya hanyalah memenuhi kebutuhan makan, minum, pakaian dan tempat tinggal. Mereka lupa firman Allah subhanahu wata’ala, artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (at-Tahrim:6). Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata mengomentari ayat ini, " Ajarilah mereka dan didiklah mereka."

Demikian juga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Barang siapa yang melalaikan pendidikan anaknya dengan hal-hal yang bermanfaat serta meninggalkannya secara sia-sia, maka berarti telah berbuat buruk kepada anak seburuk-buruknya. Kebanyakan anak menjadi rusak adalah disebabkan orang tuanya, karena tidak adanya perhatian kepada mereka, serta tidak diajarkan kepada mereka kewajiban-kewajiban agama dan sunah-sunnahnya.”

Terlalu Ketat

Ini kebalikan dari kekeliruan di atas, seakan-akan orang tua adalah seorang pengawas yang selalu memonitor seluruh kegiatan anak tanpa mempedulikan perkembangan kepribadian si anak. Seluruh pendapat orang tua harus diterima dan si anak tidak boleh memiliki pilihan lain kecuali mengikuti dan taat secara membabi buta.

Kesalahan dalam hal ini menyebabkan dampak negatif sebagai berikut:
  • Lemahnya kepribadian anak dan hilangnya rasa percaya diri.
     
  • Anak akan menderita.
     
  • Melemahnya daya kreativitas anak.
     
  • Penyimpangan setelah anak tumbuh besar, yaitu dia merasa terbebas dari belenggu yang selama ini mengikatnya sehingga dia akan enggan menerima berbagai ketentuan dan tekanan meskipun ketentuan tersebut adalah berupa kebaikan dan kebenaran.
     
  • Menyebabkan anak menderita sakit, baik fisik atau psikologis.



Metode pendidikan yang baik menekankan supaya anak diberikan kebebasan dalam hal yang berkaitan dengan urusan khusus mereka, baik dalam mengambil keputusan, mengemukakan keinginan atau pendapat dan tanggung jawab. Tetapi dengan catatan bahwa semua itu harus dalam koridor perilaku yang baik dan adab yang mulia yang senantiasa harus ditanamkan dalam jiwa si anak.

Tidak Konsisten

Orang tua adalah orang yang memberikan pengaruh pertama kali kepada anak, dan banyak menanamkan sifat atau kebiasaan kepada mereka. Jika orang tua berakhlak dengan akhlak dan perilaku yang baik, maka anak akan terpengaruh dengan sifat-sifat positif tersebut. Namun jika ada pertentangan, di satu sisi orang tua menyuruh sesuatu namun ia melakukan yang sebaliknya (inkonsisten), maka itu akan memberikan dampak negatif bagi anak.

Di antara sikap tidak konsisten yang dimaksudkan misalnya orang tua menyuruh jujur namun dia sendiri sering bohong, menyuruh menepati janji namun dia sering ingkar janji, menyuruh shalat tetapi dia sendiri meninggalkannya, atau melarang dari merokok tetapi dia justru merokok dan lain sebagainya.

Keras Hati

Anak harus diperlakukan dengan lembut, santun dan kasih sayang, dan ini merupakan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam memperlakukan anak kecil. Diriwayat-kan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mencium al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu, sedang di sisinya ada al-Aqra' bin Habis, maka al-Aqra' berkata, "Sesungguhnya aku mempunyai sepuluh anak, tetapi aku tidak pernah mencium salah seorang pun dari mereka." Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memandang kepadanya lalu bersabda, "Barangsiapa tidak mengasihi maka tidak akan dikasihi." (Muttafaq 'alaih)

Pada masa lalu orang beranggapan bahwa kekerasan dan pukulan akan menumbuhkan kekuatan, keberanian dan sikap jantan kepada anak-anak, lalu akan menjadikan mereka mampu memikul beban dan bersikap mandiri. Namun ternyata ini adalah anggapan yang keliru, sebab kekerasan akan memberikan bekas psikologis yang menyakitkan pada diri anak. Lalu mendorang si anak menjadi pembangkang dan suka melawan, serta menghalangi mereka untuk sampai pada kematangan berpikir. Juga menyebabkan mereka merasa dihinakan, dilecehkan sehingga kehilangan rasa kemuliaan dirinya.

Ini bukan berarti larangan untuk memberikan sanksi kepada anak, bahkan terkadang perlu untuk memberikan sanksi kepada mereka namun dengan catatan hukuman tersebut tidak melewati batas-batas norma kasih sayang kepada anak.

Meremehkan Kemungkaran

Meremehkan kemungkaran sering dilakukan oleh orang tua, dengan alasan bahwa si anak masih kecil, nanti kalau sudah besar dia akan tahu sendiri dan meninggalkannya. Hal ini tidak benar, sebab membiasakan anak dengan sesuatu di masa kecil menyebabkan dia sulit untuk meninggalkannya ketika sudah besar.

Di antara bentuk keteledoran dalam hal ini adalah tidak meng-anjurkan shalat kepada anak-anak serta tidak perhatian terhadapnya. Meskipun orang tua rajin shalat tetapi membiarkan anak tidak shalat adalah kesalahan. Demikian juga membiasa-kan mereka mendengarkan musik, meniru kebiasaan dan pakaian orang kafir, terobsesi dengan popularitas para artis dan lain sebagainya.

Statis Dalam Pendidikan

Orang tua tidak boleh statis dalam mendidik anak, dengan tanpa ada kemajuan dan pembaharuan sesuai dengan tuntutan zaman. Sebagian orang ada yang hanya mengajari anak dengan ketrampilan atau pengetahuan yang bersifat turun temurun. Mereka enggan dengan ketrampilan modern seperti komputer, bahasa asing, berpidato, menulis atau bela diri modern.

Ini menyebabkan anak ketinggalan oleh temannya yang telah mempelajari ketrampilan-ketrampilan tersebut. Akibatnya anak merasa rendah diri dan tidak percaya diri untuk bergaul dengan teman-temannya yang unggul dalam berbagai aspek.

Tidak Mengakui Kesalahan

Terkadang ada orang tua yang menghukum anak secara zhalim, ada pula di antara mereka yang menuduh anaknya melakukan ini dan itu padahal tidak melakukannya, ada pula yang memukul anaknya dengan sebab pengaduan bohong dan lain sebaginya. Kemudian setelah itu orang tua tahu bahwa dirinya adalah yang salah dalam mengambil tindakan, tetapi dia tidak mau minta maaf kepada si anak, tidak mengakui kesalahannya, seakan-akan anaknya tidak punya hak apa-apa, tidak punya kemuliaan dan perasaan.

Ini merupakan perilaku yang salah, yang dapat menumbuhkan sifat buruk pada diri anak seperti besar kepala, ghurur (sok), meskipun dia bersalah. Padahal jika orang tau mau minta maaf kepada anaknya, maka ini merupakan tindakan yang baik karena secara tidak langsung anak dididik untuk merubah kesalahan, sehingga dia pun akan mengikuti perilaku ini, tunduk kepada kebenaran, mengakui kesalahan dan toleran kepada orang lain.

Mengambil Keputusan Sendiri

Misalnya seorang ayah tidak melakukan musyawarah bersama anggota keluarga dalam memutuskan hal-hal yang terkait dengan urusan keluarga. Kalau ada anggota keluarga yang protes atau tidak mau mengikuti keputusan tersebut maka si ayah akan mengancam begini dan begini.

Sikap otoriter dalam keluarga adalah tidak benar, yang baik adalah mengumpulkan seluruh anggota keluarga lalu bermusyawarah, masing-masing mengemukakan pendapatnya dan terakhir dipilih pendapat yang paling baik dan tepat.

Tidak Diajari Menghormati Privasi

Anak hendakya diajari hal-hal yang berkaitan dengan masalah pribadi dan khusus. Seperti harus meminta izin jika mau masuk kamar orang tua, terutama dalam waktu-waktu istirahat. Begitu juga diajari supaya tidak masuk ke tempat-tempat orang lain tanpa izin, tidak boleh membuka sesuatu yang tertutup yang bukan miliknya, baik pintu rumah, almari, buku, dompet, tas dan lain sebagainya.

Orang tua pun harus memulai dari dirinya lebih dahulu, misalnya mengetuk pintu jika mau masuk kamar anaknya, menutupi rahasianya, dan menghormati hak-hak dan milik pribadinya.

Menjauhkan Anak dari Majlis Orang Dewasa

Sebagian orang tua memandang aib jika seorang anak terlibat dalam majlis orang dewasa. Dalam kondisi tertentu hal ini dibenarkan, namun terkadang anak perlu untuk dilibatkan dalam majlis orang dewasa supaya dapat mengambil manfaat, belajar dan untuk menum-buhkan sikap percaya diri mereka.

Metode pendidikan Islam menunjukkan bahwa seorang anak tidak dilarang untuk bergabung bersama orang dewasa, baik dalam majlis-majlis, di masjid, dalam perjalanan atau perkumpulan lainnya. Dengan ini anak dapat bertambah pengalaman, ikut andil dalam pekerjaan dan melatih diri untuk memikul tanggung jawab. Wallahu a’lam. (Khalif Muttaqin)

Disarikan dari kutaib, "Akhtha' fi Tar-biyatil Abna', Dr. Adil al-Syaddi.

Minggu, 24 April 2011

KEUTAMAAN SHOLAT TAHAJUD

Keutamaan Qiyamullail (Shalat Malam)
Allah Ta’ala berfirman:
“Lambung-lambung mereka jauh dari pembaringan, karena mereka berdoa kepada Rabb mereka dalam keadaan takut dan berharap kepada-Nya.” (QS. As-Sajadah: 16)
Allah Ta’ala berfirman:
“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohon ampunan di waktu sahur (menjelang fajar).” (QS. Adz-Dzariyat: 17-18)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seutama-utama puasa setelah ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163)
Dari Abu Said Al Khudri dan Abu Hurairah radhiallahu anhuma mereka berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang bangun malam dan membangunkan istrinya kemudian mereka berdua melaksanakan shalat dua rakaat secara bersama, maka mereka berdua akan digolongkan ke dalam lelaki-lelaki dan wanita-wanita yang banyak berzikir kepada Allah.” (HR. Abu Daud no. 1309, Ibnu Majah no. 1335, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Al-Misykah: 1/390)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan, dimana pada tiap ikatan tersebut dia meletakkan godaan, “Kamu mempunyai malam yang sangat panjang maka tidurlah dengan nyenyak.” Jika dia bangun dan mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan, jika dia berwudhu maka lepaslah tali yang lainnya, dan jika dia mendirikan shalat maka lepaslah seluruh tali ikatannya sehingga pada pagi harinya dia akan merasakan semangat dan kesegaran yang menenteramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan itu, maka pagi harinya jiwanya menjadi jelek dan menjadi malas beraktifitas”. (HR. Al-Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776)
Dari Jabir bin Abdillah dia berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu dia memohon kebaikan kepada Allah ‘azza wajalla baik kebaikan dunia maupun akhirat, kecuali Allah akan memperkenankannya. Demikian itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Muslim no. 757)
Penjelasan ringkas:
Di antara keutamaan qiyamullail berdasarkan dalil-dalil di atas adalah:
a.    Mendapatkan pujian yang banyak dalam Al-Qur’an.
b.    Hatinya akan terjaga dari kerusakan dan penyakit hati. Karena terlalu banyak tidur bisa menyebabkan rusaknya hati, karenanya dengan qiyamullail dia bisa mengurangi tidurnya.
c.    Dia merupakan shalat sunnah yang paling utama.
d.    Orang yang mengerjakannya secara berkesinambungan akan digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah.
e.    Dia akan lepas dari gangguan setan di malam harinya.
f.    Qiyamullail merupakan sebab baiknya jiwa, lapangnya dada, dan semangatnya anggota tubuh.
g.    Orang yang mengerjakannya berkesempatan mendapatkan 1/3 malam terakhir yang merupakan waktu dimana doa akan dikabulkan.
Dan sebaik-baik doa saat itu adalah permohonan ampun akan semua dosa-dosa, sebagaimana yang diisyaratkan dalam surah Adz-Dzariyat di atas.
Source: http://al-atsariyyah.com/keutamaan-qiyamul.html

Kumlupan Link Situs Islam

WEBSITE DOWNLOAD
WEBSITE ILMIAH (BAHASA INDONESIA)
WEBSITE ILMIAH (BAHASA ARAB)
WEBSITE ILMIAH (BAHASA INGGRIS)
WEBSITE MUSLIMAH (INDONESIA)
WEBSITE RADIO ONLINE ISLAMI

INFORMASI KAJIAN ISLAM

WEBSITE LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
WEBSITE PARA ULAMA
WEBSITE USTADZ (INDONESIA)

BLOG ILMIAH

EMPAT INTISARI IBADAH

Ahli bujak berkata : " inti sari dari sekian banyak ibadah itu ada empat , yaitu :
1. melaksanakan kewajiban-kewajiban dari Alloh SWT
2. memelihara diri dari semua yang diharamkan Alloh SWT
3.sabar dari rizki yang luput darinya
4.rela dengan rizki yang diterima "

sekarang ini orang mulai lupa atas kewajiban dasarnya yaitu beribadah pada Alloh SWT, sehingga maksiat mulai meraja lela dimana- mana, yang parah lagi apa bila mereka sudah measa benar atas tindakannya padahal sudah keluar dari syari'at.
begitu pula dengan sikap pemimpin yang seakan tidak perduli dengan perubahan akhlak masyarakat, selain aktif berantas maksiat kelapangan tapi seharusnya aktif juga dalam berdakwah lewat sistem pemerintahan.
kenyataannya orang -orang yang terlibat didalam sistem tersebut malah memberi contoh yang tidak sesuai dengan syari'at,
menegakan Syari'at Islam bukan hanya dengan turun kejalan dan berteriak pada penguasa untuk menjalankan syari'at tersebut. namun harus sudah dimulai dari diri sendiri, apakan perbuatan kita sudah sesuai dengan syari'at atau belum? yang lebih parah lagi apabila suatu partai sudah mengatasnamakan Islam dan mengatasnamakan rakyat tetapi akhlaknya tidak Islam maka ruksaklah Agama ini. sedangkan rakyat indonesia kan mayoritas muslim. masya Alloh.
mereka sudah mengatasnamakan Islam demi kenikmatan, demi jabatan dan pangkat. mereka belum ridho dengan apa yang telah Alloh berikan padnya, sehingga mereka Rakus segalanya. Subhanalloh

Senin, 04 April 2011

Amanat

Selamat tinggal. saya titipkan pada kalian Agama Alloh yaitu Islam, Amanat-amanat kalian (tunaikan amanah), akhir amal kalian (akhir amal harus khusnul khotimah)

Kamis, 24 Februari 2011

HIKMAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW


Hari Selasa 15 Februari 2011 bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1432 H. ditetapkan sebagai Hari Libur Nasional. Hari Kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.

Seperti tahun-tahun sebelumnya Perayaan Maulid berlangsung di bebarapa tempat, ada yang berlangsung sangat meriah namun ada pula yang berlangsung sederhana.

Perayaan Maulid dibeberapa daerah sudah menjadi tradisi, bahkan ada yang mengarah ke praktik syirik dengan mengadakan sesajian, berkurban untuk alam, laut misalkan, pemubadziran makanan atau harta, ikhtilath atau campur baur laki-laki dan perempuan, praktek yang mengancam jiwa dengan berdesak-desakan atau rebutan makanan, dan lainnya yang bertentangan dengan syari’at.

Dibalik semua perayaan yang berlangsung tersebut ada hal yang paling penting kita maknai, agar perayaan itu bukan sekedar seremonial belaka.

Peringatan maulid itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah saw., mengingat kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi, misi yang Allah swt. tegaskan sebagai rahmatan lil’alamin.

Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam situs beliau:“Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.”

Kenyataan saat ini telah membuktikan, bahwa disebabkan belum bersungguh-sungguhnya kita dalam meneladani Rasulullah SAW dalam mengarungi perjuangan hidup, maka kehidupan kaum muslimin saat ini cenderung terperosok menjadi ummat terbelakang, dibandingkan dengan ummat-ummat lain di hampir semua bidang kehidupan.

Oleh karena itu, jika kondisi kehidupan kita ingin berubah, maka yang harus kita lakukan adalah mau dan berani merubah kebiasaan hidup kita ini.
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah segala sesuatu yang ada pada diri mereka sendiri” (QS.23. Ar-Ra’du : 11).

Imam Ibnu ‘Atho’illah dalam kitab Al-Hikam menyatakan :“Bagaimana mungkin keadaanmu akan berubah menjadi luar biasa, sedangkan kamu belum mau merubah kebiasaan-kebiasaaan hidupmu”.

Kebiasaan mengabaikan teladan Rasulullah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari ternyata membawa kita kepada kemunduran derajat hidup, maka jika ingin berubah menjadi ummat yang maju dan bermartabat, kita harus merubah kebiasaan kita.

Kita harus tinggalkan sikap menyepelekan dan mengabaikan uswahtul hasanah Rasulullah SAW. Kita harus bersungguh-sungguh dan lebih bersungguh-sungguh lagi dalam mengenal dan mengikuti teladan Rosulullah SAW dalam hidup ini.

Kesungguhan kita dalam mengikuti teladan Rasulullah SAW secara utuh dalam mengarungi perjuangan hidup ini adalah kunci menuju kehidupan ummat yang lebih maju dan bertartabat di masa yang akan datang.

Imam Ibnu Atho’illah menyatakan : “Janganlah kamu membanggakan warid yang belum kamu ketahui buahnya. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan itu bukanlah hujan. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan adalah wujudnya buah-buah pepohonan”.

Al-Hamdulillah jika kita dapat menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan meriah. Namun hendaknya jangan terlalu bangga dahulu. Sebab terselenggaranya acara itu baru ibarat awan. Meriahnya suasana baru laksana hujan. Bagaimana dengan buahnya ?. Sudah wujudkah ?.
Buahnya adalah “Mutiara hikmah dan perubahan”. Perubahan menjadi lebih baik. Lebih utuh dan lebih bersungguh-sungguh dalam meneladani Rosulullah SAW dalam seluruh sisi kehidupan kita. Kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan dunia.

Rasullah SAW adalah rahmat bagi semesta alam, kebaikan dan keberkahannya tidak hanya didapatkan oleh orang-orang yang semasanya dan tidak pula berakhir dengan wafatnya.

Kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman, " dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) kententraman jiwa bagi mereka. Allah Maha mendengar, maha mengetahui." (Qs. At-Taubah: 103).

Allahumma inni atawajjahu ilaika binabiyyika nabiyyirrahmati Muhammadin shallallahu `alaihi wa alihi. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan (perantaraan) Nabi-Mu, nabi pembawa rahmat, Nabi Muhammad, shalawat atasnya dan atas keluarganya.

Wallaahu ‘a’lam bisshowaab.